Yogyakarta, Lingkar.news – Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mengimbau kepada masyarakat agar waspada terhadap potensi lahar hujan yang berasal dari timbunan material vulkanik sisa erupsi Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
“Secara potensi, bahaya lahar (hujan) di Gunung Merapi ini masih tinggi ya karena endapan awan panasnya juga cukup lumayan karena erupsi sudah berlangsung empat tahun ini,” kata Kepala BPPTKG Agus Budi Santoso saat dihubungi di Yogyakarta, Senin (9/12).
Ia menyebut material vulkanik yang diperkirakan mencapai puluhan juta meter kubik itu hingga saat ini masih tertimbun di sejumlah hulu sungai arah erupsi, khususnya yang berada pada sisi barat daya gunung itu.
“Ini memang kemudian menjadi perhatian kita di pemantauan Merapi untuk lebih intensif memantau potensi kejadian lahar,” ujar dia.
Dia mengatakan peristiwa lahar hujan biasanya dipicu empat faktor utama, pertama adalah adanya endapan awan panas dari hasil erupsi yang sedang terjadi maupun erupsi yang telah lampau.
Selanjutnya, kandungan abu vulkanik pada material merapi dengan kadar mencapai lebih dari 3 persen.
Sekalipun volume endapan material besar, katanya, potensi menjadi lahar hujan kecil apabila kandungan abu vulkanik rendah.
Meski begitu, pihaknya belum bisa memastikan berapa besar kandungan abu vulkanik pada material yang mengendap di hulu-hulu sungai Merapi saat ini.
“Berikutnya adalah kemiringan. Jadi tentu karena Gunung Merapi dia berbentuk kerucut, jadi material yang tertimbun itu berpotensi menjadi lahar,” kata dia.
Faktor terakhir, katanya, curah hujan, meski belum bisa dipastikan berapa intensitas minimum curah hujan yang mampu menghanyutkan endapan material vulkanik tersebut.
“Paling kita kasih rentang biasanya dari 20 sampai 60 milimeter per jam ya, ini terjadi lebih dari satu jam. Untuk mengantisipasi atau menjadi peringatan lebih awal biasanya kita memberikan notifikasi ketika terjadi hujan pada 10 menit pertama kemudian kita update,” kata dia.
Berdasarkan hasil pemodelan yang dilakukan BPPTKG, potensi aliran lahar hujan itu diperkirakan menjangkau hingga belasan kilometer melalui sungai-sungai berhulu Merapi.
Di Kali Boyong, misalnya diperkirakan bisa menjangkau hingga 14 kilometer, sedangkan di Kali Krasak dan Kopeng bisa sampai 20 km.
Meski jangkauan jauh, lahar hujan tersebut diperkirakan tidak sampai meluap atau berdampak ke permukiman warga sehingga masih aman.
Dampak lahar hujan tersebut, katanya, justru berisiko terhadap para penambang pasir di sungai-sungai berhulu Merapi.
“Nah, inilah kami kemudian memikirkan bagaimana agar para penambang ini bisa mendapatkan informasi awal tentang potensi lahar ini, sehingga mereka bisa menyelamatkan diri,” ujar Agus. (rara-lingkar.news)