BANTUL, Lingkar.news – Sebanyak 450 warga di Kelurahan Sriharjo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, terdampak tanah longsor yang memutus akses jalan antara Pedukuhan Sompok dan Wunut Sriharjo akibat hujan deras pada Jumat, 21 November 2025.
Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, mengatakan longsornya talut Sungai Oya di Pedukuhan Wunut menyebabkan warga terisolasi, sehingga pihaknya kini memusatkan upaya penyelamatan dan distribusi logistik.
“Dilaporkan oleh BPBD, warga terdampak di Wunut ada 300 jiwa, dan yang di Sompok ada 150 jiwa, jadi sekitar 450 jiwa inilah yang menjadi fokus penyelamatan terhadap warga yang terdampak di lokasi Wunut dan Sompok,” ujar Halim, Minggu, 23 November 2025.
Halim menyebut, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul kini mendirikan dua posko darurat, masing-masing di Sompok Sriharjo dan Kedungjati, Selopamiro. Posko-posko tersebut digunakan sebagai titik pengumpulan dan distribusi bantuan bagi warga yang terisolasi akibat putusnya akses jalan.
“Maka kita juga membuat dua akses, yang pertama dari Sompok itu sendiri nanti untuk distribusi logistik barang maupun jasa ya pastilah melalui jalan-jalan yang tersedia, mungkin bisa melalui sawah,” kata Halim.
Posko kedua dibangun di Kedungjati, sebelah selatan Wunut, yang melintasi Kali Oya. Hal ini dilakukan untuk memastikan aliran logistik tetap berjalan jika ruas jalan kabupaten antara Sompok dan Wunut benar-benar tidak dapat dilalui, termasuk oleh pejalan kaki.
“Sehingga posko yang ada di Kedungjati bisa kita sediakan untuk aliran logistik melalui jembatan gantung yang ada di Wunut,” tambahnya.
Halim menegaskan, pemerintah bersama relawan dan pihak Kelurahan Sriharjo telah menyiapkan lokasi evakuasi darurat. Pasalnya, BMKG memprediksi puncak musim hujan 2025 di wilayah Indonesia bagian barat hingga Desember, sementara puncak hujan untuk wilayah selatan, termasuk Yogyakarta, diperkirakan mencapai Februari 2026.
“Sehingga kalau kita menggunakan patokan Indonesia bagian Barat, maka puncak musim hujan ini bulan Desember, kalau kita menggunakan wilayah Indonesia bagian selatan, Yogyakarta ini juga bagian dari selatan, maka kemungkinan puncaknya itu sampai Februari,” ujarnya.
Dalam masa tanggap darurat bencana yang berlaku sejak 21 November hingga 5 Desember, Halim mengatakan Pemkab Bantul fokus pada keselamatan jiwa dan pemenuhan kebutuhan dasar warga.
“Maka dari posko logistik tidak boleh ada yang kelaparan, kurang makan atau tidak bisa memenuhi aktivitas hidup sehari-hari. Karena terputusnya akses itu yang pemerintah harus menjamin. Dan jika keadaan memburuk, maka evakuasi, relokasi warga pastilah akan kita lakukan,” pungkasnya.
Jurnalis: Ant
Editor: Rosyid