Warga Bantul Diimbau Tak Panic Buying Kebutuhan Pokok Jelang Nataru

Warga Bantul Diimbau Tak Panic Buying Kebutuhan Pokok Jelang Nataru

BANTUL, Lingkar.news Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengimbau masyarakat tidak perlu melakukan aksi borong bahan kebutuhan pokok jelang Nataru. Hal ini karena ketersediaan pangan dinilai lebih dari cukup.

Sekretaris Daerah Bantul, Helmi Jamharis mengatakan, komoditas bahan pokok seperti beras, jagung, cabai, bawang merah, bawang putih, telur, daging ayam, daging sapi, minyak goreng, dan gula pasir memiliki ketersediaan yang lebih dibandingkan dengan prediksi kebutuhan masyarakat.

“Dengan asumsi seperti itu, masyarakat tidak perlu khawatir terhadap ketersediaan yang mungkin diperlukan oleh warga, masyarakat juga tidak perlu melakukan borong bahan kebutuhan pokok untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya,” tuturnya pada Kamis, 22 Desember 2022.

Jelang Nataru, Harga Bahan Pokok Merangkak Naik di Gunungkidul

Menurutnya, ketersediaan bahan kebutuhan pokok yang mencukupi kebutuhan masyarakat itu sesuai hasil monitoring Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Bantul di pasar-pasar besar di Bantul menghadapi pelaksanaan Natal dan Tahun Baru 2023.

“Jadi masyarakat bisa santai-santai saja, karena stoknya melebihi dari prediksi kebutuhan warga masyarakat,” katanya.

Lebih lanjut, Sekda Bantul mengatakan, untuk menjaga stabilitas ketersediaan pangan di Bantul, Pemkab telah melakukan berbagai upaya diantaranya meningkatkan ketersediaan pangan melalui program padi Indeks Pertanaman (IP) 400.

“Kemudian optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan untuk tanaman sayur dan buah, peningkatan intensifikasi pertanian dengan penggunaan benih unggul, dan pupuk ramah lingkungan,” jelasnya.

Dia mengatakan, upaya selanjutnya optimalisasi penyediaan sarana prasarana pertanian diantaranya fasilitasi alat sistem pertanian (alsintan), perbaikan jaringan irigasi pertanian untuk pemenuhan kebutuhan air terhadap lahan sawah di wilayah Bantul.

“Kemudian gerakan pengendalian organisme pengganggu tanaman (POPT) dan program inseminasi buatan atau kawin suntik untuk meningkatkan populasi ternak,” pungkasnya. (Lingkar Network | Anta – Lingkar.news)