Pengelolaan sampah di Bantul

Tiga Daerah di DIY Bahas Proyek Pengelolaan Sampah Jadi Energi Listrik

BANTUL, Lingkar.news – Tiga daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yakni Kabupaten Bantul, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Sleman, tengah membahas rencana pengelolaan sampah untuk energi listrik (PSEL) atau waste to energy (WTE). Proyek ini ditargetkan mampu mengolah sedikitnya 1.000 ton sampah per hari guna mendukung pembangkit listrik berbasis insinerasi.

Bupati Bantul Abdul Halim Muslih mengatakan bahwa pembahasan proyek masih terus berlangsung antar pemerintah daerah terkait. Ia menegaskan bahwa kolaborasi ketiga wilayah diperlukan untuk memastikan ketersediaan volume sampah yang memadai.

“Saya belum bisa berkomentar banyak tentang waste to energy itu, karena masih terus dibahas, dan ini kan menyangkut tiga kabupaten. Ada Kabupaten Bantul, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Sleman,” kata Halim di Bantul, Minggu, 12 Oktober 2025.

Menurutnya, proyek PSEL yang rencananya akan dikelola oleh Danantara membutuhkan input minimal 1.000 ton sampah per hari.

Sampah tersebut nantinya akan dibakar melalui proses insinerasi yang menghasilkan uap untuk menggerakkan turbin pembangkit listrik. Energi listrik hasil pengolahan akan disalurkan ke jaringan nasional melalui pembelian oleh PLN.

“Kan itu proyek nasional, akan tetapi masing-masing kabupaten dan kota terutama tiga daerah, Bantul, Yogyakarta dan Sleman, harus bisa setor sampah minimal 1.000 ton per hari untuk menggerakkan mesin itu agar menghasilkan listrik,” ujarnya.

Namun, Halim mengakui bahwa produksi sampah di Bantul saat ini belum mencukupi target tersebut. Apalagi, program pengelolaan sampah mandiri yang telah berjalan di berbagai wilayah Bantul menyebabkan penurunan volume sampah yang dibuang ke TPA.

Saat ini, kata dia, jumlah sampah yang belum terkelola hanya sekitar 30 ton per hari.

Sementara itu, Kota Yogyakarta masih memiliki sekitar 150 ton sampah yang memerlukan penanganan.

Kabupaten Sleman disebut sebagai daerah dengan produksi sampah tertinggi di antara ketiganya. Oleh karena itu, koordinasi lintas wilayah dinilai krusial untuk memastikan kelayakan operasional proyek.

“Karena, kalau Bantul sendiri tidak mungkin menyediakan 1.000 ton per hari. Harus tambah dari Yogyakarta dan Sleman, yang itu nanti akan dihitung, Sleman bisa setor sampah berapa, kota berapa, dan Bantul berapa,” jelas Halim.

Meski begitu, ia menyebut bahwa wilayah Bantul sudah memiliki infrastruktur dan investasi dalam pengelolaan sampah secara mandiri, sehingga implementasi proyek WTE masih memerlukan kajian lebih lanjut.

“Kalau kepastiannya belum, ini baru diskusi. Baru beberapa hari lalu saya ketemu Bupati Sleman, ketemu Walikota Yogyakarta. Kami baru ngobrol ringan, akan tetapi pengerucutannya nanti beberapa hari lagi,” tambahnya.

Jurnalis: Ant
Editor: Rosyid