BANTUL, Lingkar.news – Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat angka balita stunting di daerah itu dalam dua tahun terakhir mengalami penurunan 2 persen.
“Memang berdasarkan data tahun 2022, angka stunting di Bantul mengalami penurunan, baik melalui pengukuran secara survei maupun pengukuran yang langsung kepada semua balita di posyandu,” kata Kepala DP3APPKB Bantul Ninik Istitarini, pada Jumat, 17 Februari 2023.
Ia menyebutkan, angka balita stunting berdasarkan hasil pengukuran di posyandu-posyandu pada 2021 sebanyak 8,36 persen. Sedangkan pada 2022 angka stunting menjadi 6,42 persen.
Wapres Ma’ruf Amin Minta Stunting Jadi Materi Dakwah Para Dai
“Kita menurun hampir dua persen, kalau jumlah balitanya yang stunting di tahun 2021, sejumlah 3.996 balita. Sementara pada 2022 menjadi 3.001 balita. Jadi, artinya sudah ada yang sembuh, juga lulus. Lulus itu karena usianya sudah lebih dari lima tahun,” ujarnya.
Meski angka balita stunting mengalami penurunan, tambahnya, berbagai upaya dalam mencegah balita stunting terus dilakukan, salah satunya dengan selalu melakukan pemantauan kondisi bayi baru lahir, mengingat ke depan angka kelahiran bayi terus terjadi.
“Upaya kita juga mencegah mulai sejak sedini mungkin. Jadi mulai remaja sudah kita siapkan, remaja itu usia SMP dan SMA, paling tidak kita memberi tablet tambah darah kepada mereka terutama remaja perempuan untuk penyiapan ketika mereka hamil dan punya anak,” ucapnya.
Pada saat calon pengantin atau tiga bulan sebelum menikah itu, katanya, sekarang mereka harus mendaftar melalui elektronik sistem informasi ibu hamil, dalam aplikasi tersebut akan berisikan data-data bagi calon pengantin.
“Terutama fokusnya status kesehatan seperti apa, nanti di dalam aplikasi akan terlihat misalnya tinggi badan, berat badan, lingkar lengan, HB dan sebagainya. Kalau kondisi tidak baik kita langsung intervensi atau terapi pada mereka,” jelasnya.
Ia mengatakan terhadap angka balita stunting yang masih 3.001 anak pada 2022, diupayakan lebih awal diberikan intervensi kepada mereka untuk pemenuhan gizi, sehingga diharapkan angkanya terus berkurang, hingga tidak ada balita yang dikategorikan stunting.
“Kalaupun ada yang stunting, karena ada alasan khusus misalnya punya penyakit bawaan yang mungkin sulit untuk tumbuh dan sebagainya, tetapi secara program itu kita sudah semakin preventif, dari awal kita melakukan berbagai upaya,” pungkasnya. (Lingkar Network | Anta – Lingkar.news)